Cengiluse Vs Cebongse

Hai hai, ini cerpen lama gue cuma baru gue sempet post sekarang. heehehehehe, ini cerpen jadul banget nih, sumpah. hahahahaha…. Happy reading….

 

 

Cengiluse Vs Cebongse

                                                                                                                       

Suasana kelas XI Ak 2 pagi ini, terlihat ricuh akan kedatangan anak baru di kelasnya. Fani, seorang gadis manis berkulit putih dengan tinggi yang semampai. Ia adalah anak baru di SMK Nurul Huda, tepatnya kelas XI Ak 2. “Silahkan, perkenalkan dirimu di depan teman-temanmu.” Ucap bu Rani yang sedang mengajar Bahasa Inggris di kelas tersebut. Fani mengangguk setuju. “Halo, nama saya Fani Ardina Sari. Kalian bisa memanggil saya Fani.” Ucap Fani seraya memperkenalkan dirinya. “Oke, ibu rasa cukup. Silahkan duduk di sebelah sana Fani!”pinta bu Rani jelas sambil menunjuk ke arah bangku kosong di sebelah pojok. Fani berjalan dan melangkahkan kakinya ke bangku tersebut. Tiba-tiba bruk…. Ia terjatuh duduk sambil meringis kesakitan. “Aduh…” ucap Fani perlahan. “Apa yang terjadi Fani?” Tanya bu Rani sempat kebingungan. “Tadi, ada kaki yang menghalangi jalan saya bu. Sampai-sampai saya terjatuh seperti ini.” Sahut Fani sambil melirik ke arah Sindi, dan mencoba berdiri. “Heh, anak baru. Elo nyalahin gue? Dasar Cewek tengil udiknya selangit gak tahu diri lo, CENGILUSE…” UCAP Sindi dengan kasarnya. “Suda-sudah, Fani cepat duduk kembali ke bangkumu!” Perintah bu Rani. Dengan langkah gontai, Fani bejalan dan duduk menuju bangkunya.

“Hai Fani. Boleh gue temenin gak?” ucap Adit, cowok ganteng yang menjadi incaran Sindi sejak dulu. Fani hanya menoleh dan tersenyum kecut ke arah Adit. Tanpa basa-basi, Adit duduk di bangku kosong sebelah Fani. Ia tampak memperhatikan Fani dengan seksama dari ujung kaki sampai ujung kepala. Fani terlihat risih dengan pandangan Adit yang semakin tajam padanya. Ia pun bangkit dari bangkunya dan berlari menuju toilet. Sampai di pintu toilet, ia tak sengaja berpapasan dengan Sindi. Dan kali ini, ia menabrak Sindi sampai terjatuh. “Maaf-maaf. Gue gak sengaja.” Ucap Fani sambil meminta maaf pada Sindi. “Oh My God. CENGILUSE. Elo itu nyebelin banget ya. Ih….” Sahut Sindi sambil mendorong tubuh Fani sekencang-kencangnya. Fani pun jatuh terduduk untuk kedua kalinya akibat perbuatan Sindi. “Hahahaha, sukurin. Lagian sih lo, macem-macem sama gue. Sindi…” kata Sindi dengan tampang sombongnya. “Iya, bener banet tuh sin. Secara, dia kan CENGILUSE.” SAMBUNG Dea salah satu temannya Sindi. “Dasar Cewek tengil udiknya selangit.” Ucap mereka berdua serempak.

Keesokan hari. Seperti biasa, pagi ini Fani selalu bangun terlambat saat ke sekolah. Tapi untungnya, ia berhasil selamat dari jeratan hukum kepala sekolah. Karena masih dimaklumi sebagai murid baru. “Ya ampun, elo baru dateng. Elo telat sepuluh menit, dan lo harus gue hukum.”ucap Sindi yang sedang berdiri di depan pintu kelas. “Maaf, tadi gue kesiangan.” Sahut Fani dengan rasa bersalah. “Maaf lo bilang. Dasar CENGILUSE, di kamus gue itu gak ada kata maaf. Gue ini ketua kelas disini, dan karena lo udah ngelanggar peraturan. Lo harus gue hukum. Sekarang juga, elo ikut gue ke lapangan dan gue akan ngehukum lo disana!” Saat Fani hendak melangkahkan kakinya menuju lapangan. Adit mencegahnya dan membela Fani di depan Sindi. “Tunggu, sin. Fani kan anak baru. Dan dia gak tahu tentang peraturan itu, jadi lo harus maklumin dong.” Ucap Adit dengan suara lembutnya yang bisa membuat Sindi luluh. “Tapi, My Prince Adit.” Jawab Sindi sedikit terkejut. “gak usah ada tapi-tapian Sin, sekali aja kok. Loe gak bakal ngulangin lagi kan fan?” tanya Adit pada Fani. “Iya, gue janji gak bakal telat lagi kok.” Sahut Fani dengan wajah sedikit memelas. Sindi pun masuk ke kelasnya dan tak jadi menghukum Fani.

“Adit, ikut gue ke kantin yuk! Gue mau traktir lo.” Ajak Fani yang sedang berbaik hati pada Adit. “Iya, boleh juga.” Sahut Adit penuh antusias. Fani dan Adit jalan berdampingan menuju kantin. Sesampainya di kantin, mereka duduk di meja nomor 5 dan memesan beberapa menu. “Heh, CENGILUSE. Ngapain loe berduaan sama Adit?” ucap Sindi yang mengagetkan Fani dan Adit. “Gue Cuma mau traktir Adit kok, tadi pagi kan dia nolongin gue.” Sahut Fani agak takut karena sikap Sindi padanya. “Gak usah banyak alasan loe. Dasar CENGILUSE gak tahu diri. Bilang aja kalo loe sukan kan sama Adit? Dan loe mau ngerebut Adit dari gue? Iya kan?” ucap Sindi lagi sambil mengambil segelas orange juice, dan disiramkan ke tubuh Fani. “Sin, elo apa-apaan sih?” bentak Adit cukup keras. “Minggir….” Sahut Fani yang sudah tak tahan dengan ucapan Sindi yang semakin menjadi-jadi.

“dasar Cewek sombong bangganya selangit, CEBONGSE. Uh, sebel gue..” teriak Fani di dalam toilet.

Selesai membersihkan pakaian seragamnya yang kotor tadi. Fani terburu-buru memasuki kelas. Kebetulan, hari ini bu Rani sedang sakit dan untuk sementara waktu mereka diberikan tugas untuk mencatat di papan tulis. Fani segera duduk dan mengambil buku catatannya yang berada di dalam tas. Saat Fani hendak menulis, tiba-tiba Sindi mengambil pulpen yang dipegang Fani. “Suruh siapa loe nulis? Elo terlambat masuk lima menit sehabis istirahat, dan gue mau elo berdiri di depan kelas sekarang juga sebagai hukumannya. Cepet..!” Perintah Sindi sambil mendorong tubuh Fani hingga ke depan papan tulis. “Bagus, sekarang angkat kaki kiri loe, dan pegang kedua kuping loe. Hahaha.” Ucap Sindi sambil tertawa keras. Teman-teman yang lain pun ikut tertawa dengan senang hati. Namun, tidak dengan Adit. Ia berdiri di samping Fani untuk menemaninya menjalani hukuman yang diberikan Sindi. Sontak Sindi pun kaget dengan sikap Adit, “My baby Adit. Gue kan gak nyuruh loe kayak gini. Udah My baby Adit duduk manis aja ya! Please.” Pinta Sindi sambil memegang lengan Adit manja. “Kalo loe masih menghukum Fani seperti itu, gue juga gak akan berhenti.” Kata Adit tegas. “Oke, oke. Tapi ada syaratnya My baby Adit.” Ucap Sindi tersenyum kecil. “Apa?” sahut Adit penasaran. “Loe harus pulangbareng gue ya!” pinta Sindi, disertai anggukan pelan oleh Adit.

Bel pulang sekolah berbunyi, murid-murid segera berhamburan keluar. Banyak di anatara mereka yang menuju keparkiran untuk mengambil kendaraan mereka masing-masing. “Fan, gue suka sama loe.” Ucap Adit yang membuat Fani dan Adit tersentak. “Adit, My baby Adit. Loe ngomong apa sih?” tanya Sindi bingung. Adit hanya menatap wajah Fani tajam dan penuh arti. “Dasar loe CENGILUSE gak tahu diri. Cewek tengil udiknya selangit. Ini semua gara-gara loe.” Ucap Sindi kesal seraya mendorong tubuh Fani kasar. “Cukup ya, Sin. Cukup. Okey, gue akuin, gue CENGILUSE gak tahu diri. Tapi elo, elo CEBONGSE cewek sombong bangganya selangit.” Sahut Fani dengan tegas. Sindi tetap saja tak menggubris ucapan Fani, ia masih saja menanyakan hal yang sama pada Adit. “My baby Adit. Kamu bercanda kan? Bilang suka sama si CENGILUSE gak tahu diri itu.” Tanya Sindi ke arah Adit. “Udahlah Sin, semuanya udah jelas. Gue suka sama Fani, gue sayang sama dia. Please, ngertiin gue.” Jawab Adit mulai berontak. “Dan elo Fan, gue sayang sama lo. Loe mau kan jadi pacar gue?” tanya Adit sambil mendekat ke Fani. Sindi yang melihat kejadian tersebut hanya bisa terpaku dan terdiam mendengar ucapan Adit. “ Tapi dit, gue gak suka sama loe. Gue Cuma mau jadi temen loe doang, gak lebih.” Sahut Fani serius. “Dan untuk loe CEBONGSE. Gue gak akan pernah rebut Adit dari loe, ingat itu. Dan kali ini, elo gak patah hati sendirian. Tapi Adit juga ikut patah hati.” Sambung Fani lagi pada Sindi. “CENGILUSE, Maafin gue.” Ucap Sindi memeluk erat tubuh Fani.

Tinggalkan komentar